BerandaNasionalPenentuan Awal Puasa Ramadhan 2022, Ada Perbedaan Muhammadiyah, NU dan Cara Kemenag

Penentuan Awal Puasa Ramadhan 2022, Ada Perbedaan Muhammadiyah, NU dan Cara Kemenag

KabaSumbar.net –Awal puasa Ramadhan tahun 2022, sebentar lagi akan tiba. Oleh Muhammadyah awal Ramadhan itu telah ditetapkannya melalui proses penghitungan Hisab. Sedangkan bagi umat muslim yang lainnya masih menunggu maklumat Nahlatul Ulama ( NU ) dan atau penetapan Kemenag RI.  

Umat muslim di Indonesia, terkadang memang tidak serentak  dalam menentukan awal puasa Ramadhan.  Ada yang lebih dahulu melaksanakan puasa Ramadhan dan ada yang bertikai satu, dua hari .

Perbedaan jadual dalam menentukan awal puasa Ramadhan itu karena adanya perbedaan dalam cara menentukan masuknya bulan Ramadhan.

Disamping Kementrian Agama, ada dua organisasi Islam yang juga berperan menentukan kapan masuknya bulan Ramadhan.  Kedua organisasi itu adalah 2 organisasi Islam terbesar  , yakni Muhammadiyah dan juga Nahdlatul Ulama (NU). Di Indonesia ada 2 organisasi Islam di Indonesia terbesar yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU).

Kedua organisasi ini masing- masingnya memiliki cara yang berbeda dalam menentukan awal bulan puasa Ramadhan.

Tidak hanya NU dan Muhammadiyah, Kementerian Agama juga memiliki mekanisme penghitungan awal puasa Ramadhan yang berlaku secara nasional.

Berikut perbedaan cara penentuan awal Ramadhan pada Muhammadiyah, NU dan juga Kemenag

  1. Muhammadiyah

Melalui Maklumatnya, Pimpinan Pusat Muhammadiyah  Nomor 01/MLM/I.0/E/2022 telah menetapkan awal puasa Ramadhan 2022 atau 1 Ramadhan 1443 Hijriah jatuh pada hari Sabtu, 2 April 2022 mendatang. Penetapan ini berdasarkan perhitungan hisab cara Organisasi ini.

Hisab merupakan perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan dimulainya awal bulan pada kalender Hijriyah, dengan menghitung posisi Bulan dan Matahari dalam satu garis edar, yang memunculkan bulan baru dalam penanggalan Hijriah.

Bulan baru juga bisa disebut sebagai Anak Bulan (sebutan lain dari hilal). Berdasarkan analisis perhitungan astronomis itu, Anak Bulan kemungkinan besar dapat diobservasi dan usinya 8 jam 22 menit 3 detik.

Metode hisab dipergunakan untuk menentukan awal Ramadhan atau awal bulan dalam kalender Hijriyah tanpa harus melihat hilal.

  1. Nahdlatul Ulama (NU)

Jika Muhammadyah mengunakan perhitungan hisab, maka NU menggunakan Rukyat dalam penentuan awal puasa Ramadhan.

Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, penampakan bulan sabit yang tampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak (konjungsi).

Rukyat dapat dilihat dengan mata telanjang atau dengan alat bantu optik seperti teleskop.

Hilal hanya tampak setelah Matahari terbenam (maghrib), maka Rukyat dilakukan setelah Matahari terbenam. Karena intensitas cahaya hilal sangat redup dan  ukurannya sangat tipis dibanding dengan cahaya Matahari.

Apabila hilal terlihat, maka pada petang (maghrib) waktu setempat telah memasuki bulan (kalender) baru Hijriyah. Jika  hilal tidak terlihat maka awal bulan ditetapkan mulai maghrib hari berikutnya.

  1. Kementerian Agama (Kemenag)

Untuk menentukan awal puasa Ramadhan, Kemenag menggabungkan kedua cara yang dilakukan oleh Muhammadiyah dan NU yakni Hisab dan Rukyat.

Setelah menghitung secara astronomis (Hisab) kemudian pembuktian hilal dilakukan dengan pengamatan secara langsung (Rukyat) di 88 titik dari 34 provinsi di Indonesia.

Kemudian Kemenag akan melakukan sidang isbat penentuan awal puasa Ramadhan berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan tersebut.***

 

 

Facebook Comments

- Advertisement -
Must Read
- Advertisement -
Related News