KabaSumbar – Langit akan menyuguhkan fenomena alam langka, “Strawberry Moon,” bulan purnama Juni yang hanya muncul dengan karakteristik istimewa setiap 18,6 tahun.
Bertepatan dengan fenomena “major lunar standstill,” bulan akan tampak sangat rendah di langit dan terlihat lebih besar, menawarkan pemandangan memukau bagi pengamat di lokasi dengan langit gelap. Fenomena ini tidak hanya memikat secara visual, tetapi juga kaya akan makna budaya, astronomi, dan astrologi.
Apa Itu Strawberry Moon?
Strawberry Moon adalah sebutan untuk bulan purnama yang terjadi pada bulan Juni. Nama ini berasal dari tradisi suku asli Amerika Algonquian yang menandai musim panen stroberi yang singkat pada periode ini, bukan karena warna bulan yang merah muda seperti stroberi, sebagaimana dilansir dari Space dan ABC News.
“Nama ini berasal dari penduduk asli Amerika Utara, menandai waktu panen stroberi,” kata Matt Woods dari Perth Observatory. Bulan purnama terjadi ketika bulan berada tepat di seberang matahari dari perspektif bumi, sehingga permukaan bulan yang menghadap ke bumi tampak sepenuhnya terang.
Baca Juga : Polres Pasaman Bekuk Pengedar Ganja
Warna bulan biasanya tidak merah, melainkan kuning, oranye, atau keemasan, terutama saat berada dekat cakrawala, akibat hamburan cahaya atmosfer Bumi yang menyaring gelombang cahaya biru dan memungkinkan warna hangat mendominasi, mirip efek saat matahari terbit atau terbenam.
Keunikan Strawberry Moon 2025
Fenomena ini menjadi sangat istimewa di tahun 2025 karena bertepatan dengan “major lunar standstill,” peristiwa langka yang terjadi setiap 18,6 tahun ketika orbit bulan mencapai kemiringan maksimum terhadap ekuator bumi.
Akibatnya, bulan akan melintasi langit dalam busur rendah, tampak sangat rendah di langit bagian selatan (bagi pengamat di belahan bumi utara), bahkan menjadi yang terendah sejak 2006. Posisi ini membuat bulan tampak lebih besar karena ilusi bulan saat berada dekat cakrawala.
Selain itu, bulan akan berada dekat dengan pusat terang galaksi Bima Sakti, menambah keindahan pemandangan malam. Fenomena ini terakhir terjadi pada 2006 dan akan kembali pada 2043, menjadikannya momen yang tidak boleh dilewatkan.
Baca Juga : Kasus Rokok Tanpa Izin di Tanah Datar Siap Disidangkan
Kapan dan Bagaimana Melihatnya?
Strawberry Moon 2025 akan mencapai puncak iluminasi pada 11 Juni pukul 03:44 EDT (14:44 WIB), meskipun di Indonesia sulit terlihat pada waktu tersebut karena terik matahari, seperti dilansir Antara News.
Waktu terbaik untuk mengamati adalah saat bulan terbit di cakrawala tenggara sesaat setelah matahari terbenam pada 10 atau 11 Juni, ketika bulan tampak besar dan berwarna hangat. Untuk pengalaman optimal, cari lokasi terbuka seperti pesisir, bukit, atau ladang dengan pandangan bebas ke cakrawala tenggara dan minim polusi cahaya.
Pastikan cuaca cerah untuk pengamatan terbaik. Tidak diperlukan peralatan khusus, tetapi teropong atau teleskop dapat memperkaya pengalaman.
Baca Juga : Solusi Tepat Hadapi Krisis Finansial dan Kesehatan di 2025
Makna Budaya dan Nama Lain
Selain Strawberry Moon, bulan purnama Juni memiliki nama lain di berbagai budaya, seperti Blooming Moon, Green Corn Moon, Birth Moon, Hatching Moon, dan Egg Laying Moon, yang mencerminkan tema kesuburan dan kehidupan baru.
Suku Cree menyebutnya Bulan Bertelur karena banyak burung mulai bertelur pada periode ini. Di Eropa, bulan ini dikenal sebagai Honey Moon atau Mead Moon, menandai waktu panen madu.
“Nama-nama bulan yang kami gunakan di The Old Farmer’s Almanac berasal dari sumber-sumber penduduk asli Amerika, kolonial Amerika, atau tradisi lain di Amerika Utara yang diturunkan dari generasi ke generasi,” jelas situs publikasi tersebut.
Namun, Profesor Horner meragukan publikasi ini, mengatakan bahwa mereka telah “mengacak-acak” kepercayaan tradisional dan menimbulkan kekhawatiran tentang apropriasi budaya.
Baca Juga : Apakah Fitur Voice Chat Group WhatsApp Ulah Hacker?
Istilah Honey Moon juga diyakini menjadi asal-usul tradisi “Bulan Madu” dalam pernikahan, di mana pengantin baru menikmati minuman manis berbahan madu yang disebut mead.
Makna Astrologi
Secara astrologi, Strawberry Moon 2025 berada di bawah pengaruh Sagitarius, tanda zodiak yang dikenal penuh semangat, petualangan, dan pencarian makna hidup.
“Strawberry Moon dalam Sagitarius mendorong kita untuk memperluas wawasan, menjelajah dunia (baik secara fisik maupun spiritual), dan membuka diri terhadap perspektif baru,” kata astrolog Kyle Thomas.
Sagitarius berlawanan dengan Gemini di sumbu zodiak, mengatur komunikasi, koneksi global, dan media. Bagi yang percaya pada energi bulan, bulan purnama dianggap waktu ideal untuk melepaskan beban, membersihkan pikiran, dan mewujudkan impian.
Baca Juga : Timnas Indonesia Resmi Tembus Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia
Astrolog menyarankan ritual sederhana seperti menulis hal-hal yang ingin dilepaskan, lalu membakarnya dalam nyala lilin atau dupa sebagai simbol pembebasan, dengan elemen api yang relevan karena pengaruh Sagitarius.
Konteks Lokal dan Tantangan
Di belahan bumi selatan, seperti Australia, istilah Strawberry Moon kurang relevan karena musim dingin berlangsung pada Juni, dan musim stroberi baru dimulai beberapa bulan kemudian di wilayah seperti Victoria, Australia Selatan, dan Queensland selatan, menurut Berries Australia.
Namun, di wilayah seperti Perth, Bundaberg, dan Sunshine Coast, musim stroberi memang dimulai pada Juni, membuat nama ini lebih sesuai secara lokal.
Fenomena Strawberry Moon 2025 tidak hanya menawarkan keindahan visual, tetapi juga mengajak kita untuk menghargai siklus alam, merenungkan makna budaya dan spiritual, serta memperbarui niat untuk masa depan. Jangan lewatkan kesempatan langka ini untuk menyaksikan keajaiban langit malam.
Baca Juga : Polsek Guguk Bersama Tim Medis Amankan ODGJ di Mungka
Facebook Comments