BerandaHukumIstri Bakar Suami, Kriminolog: Sindroma Perempuan Teraniaya

Istri Bakar Suami, Kriminolog: Sindroma Perempuan Teraniaya

Fenomena pasangan suami istri (pasutri) membakar pasangannya lantaran kesal marak terjadi. Setelah kasus suami bakar istri di Sumatera Utara, kasus tersebut kembali terjadi di Tangerang Selatan.

Namun kasus yang terjadi di kawasan Serua Indah, Ciputat, Tangerang Selatan, Kamis (4/2/2021), malah sebaliknya sang istri yang membakar suaminya, Samsudin, 47 diduga karena cemburu.

Menanggapi hal tersebut, Ahli Kriminologi Forensik Reza Indragiri Amriel mengatakan, banyak faktor istri senekad itu membakar suaminya. Karena kejadian ini juga terjadi di Sumatera Utara.

“Mungkinkah ini kejahatan hasil peniruan atau copycat crime? Adakah kemungkinan pembakaran tersebut merupakan manifestasi battered woman syndrome atau sindroma perempuan teraniaya? kata Reza, Kamis (4/2/2021).

Battered woman syndrome (BWS) adalah kondisi stres secara psikologis akibat pengalaman menerima kekerasan secara terus-menerus, baik itu secara fisik dan emosional. Kekerasan yang terjadi umumnya dilakukan oleh orang-orang terdekat korban, seperti pasangan, maupun seseorang yang dicintai.

Menurut Reza, bisa saja istrinya sudah lama memedam rasa sakit sehingga emosinya memuncak sehingga terjadi aksi pembakaran tersebut. “Setelah sekian lama menahan rasa sakit, akhirnya “bummm!” Ledakan emosi terjadi,” ungkap Reza

Reza menyebutkan, jika hakim bisa diyakinkan bahwa ini adalah battered woman syndrome, pelaku bisa mendapat peringanan sanksi atau bahkan pembebasan.

“Tidak tertutup pula kemungkinan jatuh vonis guilty but mentally ill. Dipenjara sekaligus diwajibkan menjalani pengobatan. Tapi itu semua terjadi di luar negeri,” tukasnya.

Kalau hukum yang ada saat ini, jelas Reza meyakini si istri akan di vonis hukuman bersalah. “Kalau di sini, dugaan saya, vonis bersalah. ‘Sesederhana’ itu,” tukasnya.

Faktor lain, sambung Reza juga bisa akibat himpitan ekonomi keluarga yang berkepanjangan sehingga melakukan aksi pembakaran.

“Bisa saja faktor ekonomi berkepanjangan itu menjadi penyebab battered woman syndrome. Kalau memang ini, tinggalkan saja. Atau ajukan cerai, beres. Kalau sampai bakar, jangan-jangan uang dipakai pasangan untuk main gila, berjudi, dll,” pungkasnya.

Facebook Comments

- Advertisement -
Must Read
- Advertisement -
Related News