Suatu hari seseorang bertamu ke surauku. Dia muridku juga yang lama menghilang. Telah bertahun tahun kami tidak berjumpa.
Dia bercerita tentang perjalanan hidupnya selama menghilang. Mulai dari dia keluar dari surau hingga dia kembali dalam keadaan kere .
Setelah mengucapkan salam dan duduk. Dia bertanya padaku.
“Apakah guru lupa dengan saya?” tanyanya.
“Rasanya tidak,” jawabku.
Diapun menceritakan tentang perjalanan hidupnya selama menghilang dan mengaku sempat berjaya hingga dia jatuh miskin seperti keadaannya sekarang.
“Sekarang aku telah bangkrut guru..” terangnya.
“Bukankah yang menghilang darimu itu cuma harta?” tanyaku.
“Iya guru… aku tidak punya apa apa lagi. Tolonglah aku guru?” harapnya padaku.
“Aku tidak bisa menolongmu. Karena aku tidak punya harta seperti yang kau inginkan.” jawabku bercanda.
“Iya guru.. tapi tunjukilah aku jalan.” pintanya padaku.
“Jalan apa yang mesti aku tunjukkan. Barusan aku membaca dalam surat al Baqarah 284. Sesungguhnya tanda engkau akan diangkat menjadi Raja (diberi kerajaan) apabila kembalinya tabut kepadamu, yang di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu yaitu sisa peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun, yang dibawa oleh malaikat. “Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda (kebesaran Allah) bagimu, jika kamu orang beriman.” Kira kira begitulah bunyi firman Allah itu.
Tapi aku juga tidak mengerti, kenapa tabut itu sampai hilang. Dan aku juga tidak tahu, kapan tabut itu hilang.” Terangku.
Mendengar jawabku, tiba tiba dia langsung mengejarku dan menangis sejadi jadinya di pangkuanku.
“Ampunan aku guru….” raungnya.
Tentu saja aku heran. Sebab yang aku ceritakan hanya tentang tabut. Dan tabut itu juga telah hilang, bersama kerajaan di zaman itu. Entah apa hubungannya dengan dia..
Tapi karena dia muridku, akhirnya aku mengusap kepalanya sambil berkata.
“Tidak ada yang mesti di tangisi. Karena yang bisa jadi penguasa atau raja, bukanlah orang yang dikuasai oleh sesuatu yang semestinya dia kuasai.” kataku padanya.
“Apakah tabut itu bisa kembali lagi guru?” tanyanya sambil tetap menangis di pangkuanku.
“Tentu saja !, apabila orang yang mencari, mengetahui apa isi yang terkandung di dalamnya.” jawabku.
“Mendengar itu, barulah dia mengangkat kepalanya. Dan berkata.
“Guru, izinkan aku untuk bersama guru beberapa hari di surau ini.” katanya.
” Apakah kau ingin melihat isi peti itu?” kataku sambil tertawa dan menunjuk peti di samping surauku.
“Kalau peti itu isinya hanya kabut (debu) bukan tabut. Karena di dalamnya penuh oleh perkakas dan juga sudah lama tidak dipakai-pakai”, kataku padanya. Dan aku lalu berdiri meninggalkannya. Karena aku ingin minum teh tawar. Dan sudah pasti tidak akan aku minta padanya.
Facebook Comments