Sumatera Barat dikenal dengan Ranah Minangkabau, memiliki kekayaan budaya yang sangat menarik. Yang terpupuk subur sejak masa silam tersebut hingga kini bahkan tetap terjaga dengan baik. Salah satunya Pakaian adat Minang sangat dikenal di kancah nasional
Misalnya Pakaian Adat Minangkabau Bundo kanduang, yang dikenakan umumnya oleh perempuan yang telah menikah, merupakan simbol dari pentingnya peran seorang ibu dalam sebuah keluarga.
Seperti yang dijelaskan Ketua IPEMI (Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia) Kabupaten Lima Puluh Kota Zusmanurni. SE, Caleg dari partai Golkar Dapil 5 SUMBAR, kerap di panggil dalam keseharian dengan (Bu Mega),
Ketika kunjungan ke SMP N 1 Tanjung Pati menjelaskan, pakaian adat Bundo Kanduang dan Rumah Nan Gadang memiliki desain yang berbeda-beda dari setiap nagari atau sub suku.
Akan tetapi, beberapa kelengkapan khusus yang pasti ada dalam jenis-jenis pakaian tersebut. Baju kurung Basiba. lambak atau sarung, salempang, dukuah (kalung), galang (gelang), dan beberapa aksesoris lainnya.
Tingkuluak Kompong(Tengkuluk) adalah sebuah penutup kepala yang bentuknya menyerupai kepala kerbau atau atap rumah gadang.
Penutup kepala yang terbuat dari kain selendang ini dikenakan sehari-hari maupun saat dalam upacara adat. Baju batabue atau baju bertabur adalah baju kurung (naju) yang dihiasi dengan taburan pernik benang emas.
Pernik-pernik sulaman benang emas tersebut melambangkan tentang kekayaan alam Ranah Minang Sumatera Barat yang sangat berlimpah.
Corak dari sulaman inipun sangat beragam. Baju batabue dapat kita temukan dalam 4 varian warna, yaitu warna merah, hitam, biru, dan lembayung. Pada bagian tepi lengan dan leher terdapat hiasan yang disebut minsie.
Minsie adalah sulaman yang menyimbolkan bahwa seorang wanita Minang harus taat pada batas-batas huku adat. Lambak-Lambak atau sarung merupakan bawahan pelengkap pakaian adat Bundo Kanduang.
Sarung ini ada yang berupa songket dan ada pula yang berikat. Sarung dikenakan menutupi bagian bawah tubuh wanita dengan cara diikat pada pinggang. Belahannya bisa disusun di depan, samping, maupun belakang tergantung adat Nagari (Desa) mana yang memakainya.
Salempang adalah selendang biasa yang terbuat dari kain songket. Salempang di letakan di pundak wanita pemakainya.
Salempang menyimbolkan bahwa seorang wanita harus memiliki welas asih pada anak dan cucu, serta harus waspada akan segala kondisi.
Perhiasan lazimnya pakaian adat perempuan dari daerah lain, penggunaan pakaian adat Sumatera Barat untuk perempuan juga dilengkapi dengan beragam aksesoris.
Aksesoris tersebut misalnya dukuah (kalung), galang (gelang), dan cincin. Dukuah ada beberapa motif, yaitu kalung perada, daraham, kaban, manik pualam, cekik leher, dan dukuh panyiaram.
Secara filosofis, dukuah melambangkan bahwa seorang perempuan harus selalu mengerjakan segala sesuatu dalam azas lingkaran kebenaran.
Sementara motif galang antara lain galang bapahek, kunci maiek, galang rago-rago, galang ula, dan galang basa.
Pemakaian gelang memiliki filosofi bahwa seorang perempuan memiliki batasan-batasan tertentu dalam melakukan aktivitasnya.
Hirma Reliansi S,PD dan Wira Novelita S,PD selaku Guru SMP N.1 tanjung pati juga mengatakan, mengenakan dan membudayakan, pakaian adat Minangkabau. diharapkan siswa bisa berpenampilan sopan dan menutup aurat sesuai syariat Islam dan budaya Minang kabau.
Sudah sepatutnya pemerintah Kab. 50 kota harus selalu bisa bekerja sama dengan Bundo Kanduang perihal pakaian adat perempuan Minangkabau mencapai 800 jenis dan sedang di dokumentasikan agar tetap terjaga sebagai kekayaan budaya.
Bupati Kabupaten Limapuluh Kota Safararuddin, SH. Dt Bandaro Rajo sangat mendukung upaya yang dilakukan oleh Zusmanurni, SE. itu karena kekayaan budaya Minangkabau juga berkaitan erat dengan pariwisata di Sumatera Barat, yang bisa membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Beliau menilai pernak-pernik pakaian adat perempuan Minang yang rumit itu akan sangat menarik bagi wisatawan terutama untuk kaum hawa dalam mencobanya.
“Di samping kita juga perlu menjaga kelestarian pakaian adat Minang dalam event nasional dan internasional karena ini adalah kekayaan masyarakat Minangkabau,” ujarnya.
Beliau berharap semua pihak yang terkait dengan kebudayaan bisa saling membantu dalam melestarikan kekayaan itu. (Indra)
Facebook Comments