Padang, KabaSumbar – Film Pengepungan di Bukit Duri, sebuah thriller psikologis karya sutradara Joko Anwar, dinantikan masyarakat Sumatera Barat, khususnya pecinta film dari ranah Minangkabau, karena menawarkan ketegangan mencekam sekaligus sindiran sosial tajam, sebagaimana diumumkan dalam peluncuran trailer resminya pekan ini.
Film Pengepungan di Bukit Duri mengisahkan sekelompok remaja yang terjebak dalam situasi mencekam di sebuah sekolah di kawasan Bukit Duri, Jakarta, saat menghadapi ancaman misterius yang menguji batas kemanusiaan mereka.
Dengan ciri khas Joko Anwar, Film Pengepungan di Bukit Duri memadukan visual kelam, alur penuh kejutan, dan dialog yang menggali isu kekerasan serta pendidikan di Indonesia. Dibintangi oleh aktor muda berbakat seperti Muzakki Ramdhan dan Annisa Hertami, film ini telah mencuri perhatian penggemar sejak cuplikan pertamanya dirilis.
Menurut pernyataan Joko Anwar dalam konferensi pers, Film Pengepungan di Bukit Duri dirancang untuk mengajak penonton merenungkan realitas sosial melalui lensa thriller yang intens.
“Kami ingin cerita ini tidak hanya menghibur, tapi juga menggugat cara pandang kita terhadap dunia remaja,” ujarnya.
Film ini diproduksi oleh Come and See Pictures, bekerja sama dengan platform streaming ternama, dan dijadwalkan tayang perdana pada akhir 2025.
Bagi masyarakat Minangkabau, yang dikenal dengan nilai budaya basandi syarak, syarak basandi kitabullah dan semangat pendidikan yang kuat, film ini dinilai relevan karena mengangkat isu masa depan generasi muda.
Antusiasme penonton Sumatera Barat terlihat dari diskusi hangat di grup komunitas lokal dan media sosial seperti X, di mana trailer film ini disebut “menggetarkan” dan “penuh misteri”.
Dengan rekam jejak Joko Anwar melalui karya-karya seperti Pintu Terlarang dan Pengabdi Setan, ekspektasi terhadap film ini pun melonjak tinggi di kalangan penikmat seni ranah Minang.
Beberapa kritikus awal menilai Film Pengepungan di Bukit Duri menghadapi tantangan menyeimbangkan emosi dan thriller agar tetap fokus. Namun, dengan gaya inovatif Joko Anwar, film ini diprediksi menjadi karya penting perfilman Indonesia 2025, sekaligus memicu diskusi tentang kemanusiaan yang selaras dengan nilai Minangkabau.
Facebook Comments