Beranda Kesehatan Kasus Dugaan Malpraktek RS. Primaya Bekasi Utara Berlanjut di KOPI JOHNY Hotman...

Kasus Dugaan Malpraktek RS. Primaya Bekasi Utara Berlanjut di KOPI JOHNY Hotman Paris

Kasus Dugaan Malpraktek
Kota Bekasi | Kabasumbar.Net– Masih ingat kasus dugaan malpraktek RS Primaya Bekasi Utara terhadap pasien DBD, Muhammad Faris Firmansyah, mahasiswa Universitas Bina Sarana Informatika yang saat itu duduk di semester V (lima). Kini kasus tersebut berlanjut di KOPI JOHNY Hotman Paris dengan harapan kasus yang bermula dari bulan Agustus tahun 2021 tersebut ada penyelesaian.

Sabtu (10/12) kemarin, jam 7.30 wib, M. Faris Firmansyah, anak pertama dari dua saudara pasangan Rudi Muzni (60) dan Ikrawati (53) yang saat ini keduanya tidak bekerja dan mengandalkan pendapatan dari parkir anak sekolah diteras rumahnya dan jualan minuman yang notabene diharapkan kelak menjadi tulang punggung keluarga dikarenakan ayahnya hanyalah pensiunan swasta, sengaja mendatangi Kopi Johny untuk menemui Hotman Paris di Jl. Raya Kelapa Kopyor No.1, RT.16/RW.19, Kelapa Gading Timur, Kelapa Gading, Jakarta Utara 14240, untuk mengadukan masalah ini, karena sampai saat berita ini diturunkan belum ada titik temu antara pihak rumah sakit dan keluarga.

Hotman Paris seorang pengacara ternama dan pengais keadilan dengan jiwa sosialnya yang tinggi saat ditemui M. Faris di Kopi Johny mengatakan, bahwa beliau belum bisa mengatakan apakah kasus ini adalah mal praktek atau bukan, karena dibutuhkan pendapat dokter ahli, beliau juga mencoba mengetuk hati para dokter ahli agar mau menjadi saksi ahli atas kasus ini walaupun ini menyangkut rekan sejawat mereka, dengan begitu tidak akan ada lagi kasus-kasus mal praktek yang tidak bisa diselesaikan secara hukum, ujar M. Faris.

Sebagai kilas balik, kasus ini bermula ketika Faris pada 9 Agustus 2021 masuk IGD (Poly Fever) RS Primaya Bekasi Utara karena panas (turun naik), Lalu cek darah hematologi (pada lengan tangan kiri) dengan jumlah trombosit 269rb dan diijinkan untuk rawat jalan berhubung trombosit masih batas normal.

Pada 10 Agustus 2021 Faris kembali lagi ke IGD (poly fever) RS Primaya Bekasi Utara sekitar jam 00.15-00.30 dikarenakan kondisi demam tinggi (turun naik), lalu cek darah kembali hasil trombosit turun menjadi 178rb dan setelah observasi trombosit faris turun lagi menjadi 140 rb (pengambilan darah diambil di lengan kiri). Faris di diagnosa demam berdarah (DBD) dan dianjurkan untuk rawat inap oleh dokter jaga IGD, lalu diinfokan untuk swab antigen sebelum masuk kamar perawatan Krisan, 313 Bed 4.

Kemudian pada 11 Agustus 2021 Kondisi faris masih Demam tinggi (turun naik) dan dilakukan pengambilan sampel darah (pada lengan tangan kiri) untuk melihat jumlah trombositnya dengan hasil menurun lagi 118rb.

Tanggal 12 Agustus 2021 Kondisi faris Masih demam (turun naik) dan dilakukan pengambilan trombosit (pada lengan tangan kiri) dengan kondisi lengan tangan kiri faris sudah biru/memar dan sakit. Hasil trombosit menurun 89rb.

Pada 13 Agustus 2021 Kondisi faris Masih demam (turun naik) dan dilakukan pengambilan trombosit lagi (pada posisi lengan tangan kiri) dengan hasil trombosit 55rb dan pemeriksaan anti salmonella. Setelah itu dokter Swastika visit melihat kondisi lengan tangan kiri Faris sudah bengkak dan memar kemudian dokter Swastika info ke perawat agar jangan ambil darah di tangan itu lagi.

Kemudian pada 14 Agustus 2021 Kondisi faris sudah tidak demam dan bisa tidur walaupun sesekali masih terbangun, sekitar jam 03.00 Faris dibangunkan oleh petugas lab untuk pengambilan sampel darah dan pada saat itu diambil pada lengan kiri lagi, sebelumnya Paris sudah bilang bahwa di lengan kiri itu sudah bengkak/memar terasa sakit sekali dan dokter Swastika juga sudah mengingatkan untuk jangan ambil darah di tangan itu lagi, tetapi petugas lab bilang bahwa posisi tersebut yang gampang diambilnya setelah dicoba satu kali tidak dapat sampel darahnya, lalu petugas tersebut tetap mencoba lagi dan hasilnya pun sama tidak dapat keluar darahnya dan mengatakan bahwa temannya akan mengambil lagi 2 jam kemudian tepatnya jam 06.00 pengambilan darah tersebut dilakukan dari jarum infusan dengan hasil trombosit 37rb.Kasus Dugaan Malpraktek

Setelah pengambilan jam 03.00 pagi, siang hari tangan Faris bertambah besar bengkak nya dan bertambah luas membiru nya mulai dari lengan atas sampai jari-jari tangan kirinya dan bermunculan seperti blendung/balon/bule2 pada kulitnya.

Sebelum pendarahan terjadi atas instruksi dokter perawat ruangan Coba ambil isi dari bule-bule tersebut dengan menggunakan jarum suntik Apakah isi bulebule tersebut berupa darah atau cairan, setelah diambil beberapa cairan tersebut tidak lama bermunculan lagi bule yang lain dengan ukuran yang lebih besar dan merembas darah sedikit-sedikit, lapor ke perawat dan perawat itu pun mengambil foto untuk dilaporkan ke dokter Swastika berhubung hari Sabtu dan Minggu dokter Swastika libur.

Dan pada 15 Agustus 2021 Kondisi Paris sudah tidak demam lagi dan jumlah trombosit sudah mulai naik menjadi 72rb. Tetapi tangan kiri Faris kondisinya semakin membesar/bengkak dan masih mengeluarkan darah sedikit-sedikit pada lapisan perbannya.

Kemudian 16 Agustus 2021 Kondisi Faris sudah tidak demam, tapi tangan Faris kondisinya semakin memburuk dan pada saat pagi hari Dokter Swastika visit melihat kondisi tangan Faris beliau bilang dengan panik & cemas, harus segera dirujuk ke RS Primaya barat dan harus segera ditangani oleh dokter bedah vaskular dan HB (hemoglobin) Faris sudah jauh di bawah Batas normal 13.5 dengan hasil 7.6.

Sampai saat berita ini diturunkan, pasca operasi dan terapi kondisi mahasiswa Jurusan Manajemen Semester Tujuh (VII) Universitas Bina Sarana Informatika di Kota Bekasi ini tangan kirinya mengalami kelumpuhan dan tidak bisa melakukan aktifitas seperti biasanya lagi.

Pihak keluarga berharap dengan kedatangan mereka ke KOPI JOHNY, kasus ini bisa segera diselesaikan secara Hukum ataupun Kekeluargaan dan tidak ada lagi kasus-kasus yang sama kedepannya yang menimpa pasien, apalagi orang tidak mampu.

Pihak keluarga juga berharap dukungan dari masyarakat dan pihak-pihak terkait seperti Kemenkes RI, Dinkes Kota Bekasi, Plt Walikota Bekasi, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Perkumpulan Dokter Seluruh Indonesia (PDSI) agar bisa turun tangan membantu menyelesaikan kasus ini.

[Zoelnasti/SKL]

Facebook Comments