KabaSumbar – Suasana penuh duka menyelimuti prosesi pemakaman aktor ternama Ray Sahetapy yang berlangsung di Taman Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Jakarta Selatan, pada Jumat siang. Upacara yang sarat akan kesedihan ini menjadi momen terakhir bagi keluarga, sahabat, dan para kolega dari dunia seni untuk mengucapkan selamat tinggal kepada salah satu legenda perfilman Indonesia. Hujan gerimis yang turun seakan menjadi pelengkap suasana pilu, seolah alam pun ikut bersedih atas kepergian sosok yang telah menghibur selama puluhan tahun.
Perjalanan terakhir Ray dimulai dari Rumah Duka Sentosa RSPAD Gatot Subroto di Jakarta Pusat, tempat jenazahnya disemayamkan sebelum dibawa ke Masjid Istiqlal. Di sana, jenazah disalatkan seusai pelaksanaan Salat Jumat, dengan ratusan jemaah turut serta dalam salat jenazah untuk mendoakan perjalanan abadi aktor berusia 68 tahun itu. Suasana di Masjid Istiqlal terasa khusyuk, dipenuhi lantunan doa yang mengiringi langkah akhir Ray menuju tempat peristirahatan terakhirnya.
Usai prosesi di masjid, jenazah Ray kemudian diantar ke TPU Tanah Kusir dengan iringan kendaraan keluarga. Anak-anak Ray, yakni Rama, Surya, dan Raya Sahetapy, terlihat dalam barisan iring-iringan, berusaha kuat meski raut wajah mereka tak dapat menyembunyikan kesedihan mendalam. Dewi Yull, mantan istri Ray yang juga penyanyi terkenal, turut hadir untuk memberikan penghormatan terakhir. Kehadirannya menjadi pengingat akan ikatan emosional yang tetap terjaga meski keduanya telah lama berpisah.
Rombongan sampai di lokasi pemakaman sekitar pukul 13.30 WIB, sebagaimana dilaporkan media. Jenazah Ray, yang diangkut menggunakan ambulans, kemudian dibawa dengan penuh hormat menuju liang lahat yang telah disiapkan. Seorang ustaz memimpin prosesi dengan khidmat, mengarahkan setiap langkah sesuai ajaran Islam. Ketika jenazah diangkat dari keranda dan dimasukkan ke dalam kubur, tangis keluarga pecah, terutama saat tanah mulai menutupi peti. Hujan yang semakin deras menambah kesan dramatis pada momen perpisahan ini.
Selain keluarga, sejumlah tokoh seni ternama juga datang untuk mengantarkan Ray ke peristirahatan terakhirnya. Di antara mereka adalah Slamet Rahardjo Djarot, Arswendy Bening Swara, Mathias Muchus, dan Teuku Rifnu Wikana. Arswendy bahkan terlihat turun tangan membantu proses pemakaman, mencerminkan kedekatan dan penghargaan yang tinggi terhadap Ray. Kehadiran para seniman ini menunjukkan betapa Ray Sahetapy bukan hanya diakui sebagai aktor hebat, tetapi juga dicintai sebagai sosok yang menginspirasi.
Ray Sahetapy meninggal dunia pada 1 April 2025, dalam usia 68 tahun, setelah berjuang melawan kondisi kesehatan yang menurun akibat stroke sejak 2023. Kabar kepergiannya pertama kali dibagikan oleh putranya, Surya Sahetapy, melalui unggahan di Instagram. Dalam postingan itu, Surya memamerkan foto bersama ayahnya serta menulis pesan perpisahan yang penuh makna, “Selamat beristirahat, Papa. Terima kasih untuk semua kenangan indah.” Dengan nama lengkap Ferenc Raymond Sahetapy, Ray adalah figur besar dalam perfilman Indonesia yang telah berkarier selama lebih dari 40 tahun. Ia dikenal luas berkat peran-perannya yang memukau, baik sebagai pahlawan maupun penutup dalam berbagai film. Prestasinya diakui dengan tujuh nominasi Piala Citra dari Festival Film Indonesia, sebuah bukti akan talenta luar biasanya. Tak hanya di dalam negeri, Ray juga pernah mencicipi panggung Hollywood dengan tampil dalam Captain America: Civil War (2016), meskipun bagiannya akhirnya tidak masuk dalam versi final film.
Kepergian Ray Sahetapy meninggalkan luka mendalam di hati keluarga, teman, dan penggemar. Ia dikenang sebagai aktor serba bisa yang mampu menghidupkan setiap karakter dengan penuh jiwa, sekaligus sebagai pribadi yang rendah hati dan penuh semangat. Di bawah guyuran hujan dan doa yang menggema, Ray kini telah tenang di tempat peristirahatannya, meninggalkan warisan seni yang akan terus dikenang oleh generasi mendatang.
Facebook Comments