BerandaEkonomiDolar Hari Ini Terpuruk: Tekanan Utang Memburuk, Ancaman Tarif Trump Kembali Menghantui

Dolar Hari Ini Terpuruk: Tekanan Utang Memburuk, Ancaman Tarif Trump Kembali Menghantui

KabaSumbar – Dolar hari ini mengalami tekanan hebat, dengan Indeks Dolar AS (DXY) merosot 1,8% ke bawah level 99,50 pada Jumat, 23 Mei 2025, mencatat penurunan mingguan terbesar dalam lima pekan.

Pelemahan ini dipicu oleh kekhawatiran terhadap utang negara yang mencapai US$36 triliun, penurunan peringkat utang AS oleh Moody’s, serta ketegangan perdagangan yang meningkat akibat ancaman tarif baru Presiden Donald Trump terhadap Uni Eropa (UE) dan produk Apple.

Kekhawatiran Fiskal dan Ancaman Perang Dagang

Penurunan peringkat utang AS oleh Moody’s pekan lalu memicu kekhawatiran baru terhadap kondisi fiskal AS. Utang negara yang kini mencapai US$36 triliun diperparah oleh rancangan undang-undang pajak Trump, yang disebutnya sebagai “RUU indah nan besar”.

RUU tersebut telah disetujui DPR AS yang dikuasai Partai Republik dan kini menunggu pembahasan di Senat, yang diperkirakan memakan waktu beberapa pekan. Ketidakpastian ini membuat sentimen pasar rapuh.

Baca Juga : Rahasia Dapatkan Asuransi Jiwa Terbaik dengan Premi Murah

Antje Praefcke, analis mata uang di Commerzbank, mengatakan, “Topik ini kini mulai ramai dibahas di publik. Menarik untuk melihat kapan pasar benar-benar sadar bahwa ini adalah beban struktural besar berikutnya bagi dolar.”

Sementara itu, Trump mengancam memberlakukan tarif 50% pada semua barang dari UE dan tarif minimal 25% pada produk Apple yang diproduksi di luar negeri. Ancaman ini, yang diungkapkan melalui posting media sosial pada Jumat, muncul menjelang perundingan perdagangan tingkat tinggi antara Washington dan Brussels.

Trump menulis, “Diskusi kami dengan mereka tidak ada kemajuan!” dan mengumumkan tarif baru akan berlaku mulai 1 Juni. Sebelumnya, Trump telah memberlakukan tarif 20% pada barang UE, yang kemudian dikurangi menjadi 10% hingga 8 Juli untuk memberi ruang bagi negosiasi.

Menurut Kiel Institute, ancaman tarif baru ini dapat mengurangi 20% ekspor UE ke AS.

Baca Juga : Asuransi, Perisai Finansial dan Kesehatan

Laporan Financial Times menyebut negosiator dagang AS mendesak UE untuk menurunkan tarif secara sepihak terhadap produk AS, dengan ancaman tarif balasan 20% jika negosiasi terhenti. Reuters belum dapat mengonfirmasi laporan tersebut.

Dolar Hari Ini Melemah, Obligasi Melonjak

Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 30 tahun melonjak hingga menembus 5% pada Jumat, mendekati rekor tertinggi 19 bulan di Oktober 2023 sebesar 5,179%. Jika level ini terlampaui, imbal hasil akan mencapai titik tertinggi sejak pertengahan 2007. Namun, kenaikan ini tidak mendukung dolar.

Chris Weston, kepala riset Pepperstone, menjelaskan, “Jika ditambah dengan ekspektasi inflasi yang masih tinggi, hasil akhirnya adalah lonjakan term premium dan investor asing memilih tidak masuk ke pasar obligasi AS.” Tren ini mencerminkan aksi “Sell America” di kalangan investor yang menghindari aset AS akibat kekhawatiran defisit fiskal.

Baca Juga : Saham ADRO Melonjak Tajam, Buyback Rp 4 Triliun dan Rekomendasi Beli

Euro, Yen, dan Franc Swiss Menguat

Mata uang euro naik 0,5% ke level US$1,1338 pada Jumat, menuju penguatan mingguan 1% setelah empat pekan melemah. Sepanjang 2025, euro telah menguat 9%, diuntungkan oleh gejolak tarif dagang dan aksi jual dolar oleh investor yang mencari instrumen lebih aman.

Yen Jepang menguat ke level 143,47 per dolar, menuju penguatan mingguan 1,5% setelah inflasi inti Jepang naik ke laju tahunan tercepat dalam lebih dari dua tahun pada April. Data ini meningkatkan kemungkinan kenaikan suku bunga lanjutan oleh Bank of Japan sebelum akhir tahun.

Baca Juga : Revolusi Teknologi Blockchain dengan Desentralisasi Digital 2025

Bank sentral Jepang menghadapi dilema antara tekanan inflasi akibat harga pangan dan tekanan ekonomi dari tarif Trump. Obligasi pemerintah Jepang bertenor sangat panjang juga mencatat rekor tertinggi pekan ini, meskipun stabil pada Jumat.

Franc Swiss menguat tipis ke level 0,8265 per dolar, dengan perkiraan kenaikan mingguan 1,2% setelah dua pekan melemah.

Prospek Ekonomi dan Kebijakan Moneter

Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,3% ke level 99,614 pada Jumat, dengan proyeksi pelemahan mingguan 1,35%. Sentimen risk-off yang luas di pasar global memperparah tekanan pada dolar.

Pelaku pasar kini menantikan data ekonomi AS minggu depan, termasuk komentar pejabat The Fed, Risalah Rapat FOMC, preliminary Kuartal 1 GDP, indeks harga PCE inti, pendapatan dan pengeluaran pribadi, pesanan barang tahan lama, dan neraca perdagangan barang, untuk mendapatkan petunjuk tentang prospek ekonomi AS dan arah kebijakan moneter.

Baca Juga : Cristiano Ronaldo Dilema, Ingin Jajal Afrika?

Facebook Comments

- Advertisement -
- Advertisement -