KabaSumbar – Pemberlakuan tarif impor sebesar 32% oleh Amerika Serikat (AS) menimbulkan keresahan di kalangan pelaku usaha Indonesia. Industri andalan seperti alas kaki, tekstil, dan barang elektronik, yang selama ini mengandalkan pasar AS, kini terancam mengalami penurunan signifikan. Dalam pernyataan tertulis pada 3 April 2025, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Anindya Novyan Bakrie mengungkapkan kekhawatirannya. Ia menyebut penurunan ekspor berpotensi melemahkan aktivitas produksi, yang pada akhirnya dapat memaksa perusahaan melakukan pengurangan tenaga kerja.
“Efeknya akan terasa pada lapangan kerja. Kami mengajak pemerintah dan dunia usaha untuk bersama-sama mencari langkah pencegahan agar PHK bisa dihindari,” tegas Anindya. Senada dengan itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga menyuarakan hal serupa melalui siaran pers pada 6 April 2025. Ia menekankan bahwa industri padat karya, khususnya sektor tekstil dan alas kaki, sangat rentan terhadap gejolak pasar internasional. “Kebijakan ini bisa mengganggu stabilitas sektor ekspor kita,” ujarnya.
Mengacu pada laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, ekspor produk alas kaki, tekstil, dan elektronik ke AS memang menunjukkan performa yang cukup baik dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2023, pengiriman pakaian jadi ke AS mencapai 134.300 ton dengan nilai US$3,61 miliar (sekitar Rp60,1 triliun, dengan kurs Rp16.652 per dolar AS). Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan ekspor ke Jepang, yang hanya mencatat 24.100 ton senilai US$609,7 juta. Namun, jika dibandingkan dengan 2022, ekspor pakaian ke AS justru menurun dari 170.400 ton yang bernilai US$4,4 miliar.
Facebook Comments